Sunday, March 8, 2015

Sejarah dan Pengertian Filsafat Pendidikan

BAB I
PEMBAHASAN 
LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN


A.    MANUSIA DENGAN CIPTA, KARSA, DAN RASA
a.      Cipta
1)      Arti Cipta
Istilah cipta itu mempunyai  arti kadang-kadang berarti permunculan sesuatu yang belum pernah ada, kadang-kadang berarti pikiran. Misalnya, Tuhan menciptakan alam semesta, mempunyai arti  bahwa Allah membuat dan memunculkan sesuatu berupa alam semesta yang pada waktu-waktu sebelumnya tidak pernah ada. Dari tidak ada bahan-bahan sesuatupun menjadi ada.
Istilah cipta Tuhan berarti mengadakan alam. Istilah cipta manusia mengubah alam. Manusia mengubah alam dengan cita, laku dan perbuatannya. Cita dan laku perbuatan bersumber dalam jiwa, dilahirkan olah jiwa, karena hewan tidak berjiwa  tidaklah dapat mengubah alam. Bahkan ia dijadikan manusia obyek untuk diubah bagi keperluan manusia


            Istilah cipta itu mempunyai arti yang bermacam-macam.Tetapi dala m rangkaian cipta rasa karsa yang merupakan ciri keunggulan manusia jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, istilah cipta mempunyai arti berpikir, rasa berarti perasaan dan karsa berarti kehendak.
2). Berpikir
            Menurut A. Gazali M.A Dalam buku Ilmu jiwa: “Berpikir ialah menemukan hubungan-hubungan, menentukan sangkut paut”. Definisinya pendek, tetapi mempunyai arti dan makna yang padat dan tepat.
            Berfikir biasanya merupakan jawaban dari suatu pertanyaan apa dan mengapa tentang sesuatu hal. Sebagai contoh: “ Kalau sedang musim panen, harga beras turun”. Ungkapan yang demikian itu sudah diakui kebenarannya oleh setiap orang, karena merupakan hasil pemikiran. Pertanyaan: “Apakah musim panen itu?” Jawaban:  “Pada saat yang  hampir bersamaan para petani menuai atau memetik hasil pertaniannya berupa padi, dengan demikian persediaan padi melimpah ruah di semua tempat “.
Pertanyaan:  “Mengapa harga beras menjadi turun?”. Jawaban: “Ketika musim panen (pada waktu yang hampir bersamaan) para petani sebagai produsen menawarkan hasil panennya dalam jumlah yang besar, rakyat sebagai konsumen, permintaannya akan beras tidak bertambah (tetap). Oleh karena itu imbangan antara penawar dan permintaan berubah, penawaran lebih banyak dari pada berasnya dengan cara banting harga karena membutuhkan uang tunai  untuk belanja harian. Akibatnya beras turun”.

3). Pemecahan Masalah (Problem Solving)
            Panen padi yang melimpah ruah merupakan saat yang dinanti-nantikan oleh para petani. Akan tetapi setiap kali musim panen, harga beras jatuh. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu para petani saling bersaingan antar mereka. Hal ini terjadi karena terdesak oleh keperluan uang tunai, mereka banting harga, padi mereka dijual dengan harga murah. Akibatnya keuntungan mereka amat tipis (harga jual mendekati biaya produksi).
            Peristiwa semacam ini selalu terulang setiap musim panen. Dalam situasi yang demikian para tengkulak mengambil kesempatan untuk mempermainkan harga. Dengan kekuatan modal uang tunai yang mereka miliki, mereka dapat menekan harga padi sedemikian rupa sehingga para petani tidak dapat berkutik. Dari tahun ke tahun keuntungan para petani makin menipis dan akhirnya menjadi miskin. Petani yang bersusah payah menanam padi, tetapi tengkulaklah yang mengeduk keuntungan. Keadeaan yang demikian itu menimbulkan keresahan dalam masyarakat tani.
Ada beberapa Proses rangkaian pemecahan masalah (problem solving) yaitu sebagai berikut:
1.      Pemerintah menyadari adanya masalah (dimkalangan masyarakat tani), maka  timbullah perhatian dan minat untuk memecahkan persoalan itu.
2.      Muncullah beberapa gagasan yang dituangkan dalam bentuk konsep-konsep untuk menanggulanginya.
3.      Setiap konsep dianalisis dari segala aspeknya.
4.      Dalam mempertimbangkannya selalu bertitik tolak atas prinsip tidak merugikan (petani dan rakyat).
5.      Setelah melalui proses pemikiran  yang matang, maka diambillah suatu keputusan.
6.      Akhirnya keputusan itu dalaksanakan.

4. Pengertian Pengalaman
Dari proses berpikir kadang-kadang menghasilkan beberapa pengertian, antara lain pengertian pengalaman yang bersifat kongkrit dan bersifat abstrak.
a)      Pengertian pengalaman yang bersifat kongkrit
Seorang anak mula-mula mengetahui nama sebuah pohon mangga yang ada dihalaman rumahnya. Setiap hari anak itu bermain-main dengan teman sebayanya pergi ke kampong lain. Ke sawah dank e ladang. Dimana-mana ia melihat bermacam-macam jenis pohon , walaupun yang dilihatnya itu tidak sama dengan jenis pohon mangga, tetapi teman-temannya dan orang lain menamakan pohon.
Karena pengalaman itulah lambat laun ia mengetahui bahwa jenis pohon itu bermacam-macam, ada yang besar  ada yang kecil, ada yang bercabang ada yang tidak,ada yang berdaun ganda ada yang berdaun tunggal, ada yang tegak ada yang merambat  dan sebagainya. Kesemunya itu adalah pohon. Akhirnya ia mampu membedakan antara yang disebut pohon dan yang bukan pohon. Timbullah pada anak itu pengertian pengalaman yang bersifat kongkrit.
b)      Pengertian pengalaman yang bersifat abstrak
Abstrak itu ada yang berupa benda dan ada yang bersifat, tetapi pada umumnyaberupa sifat atau keterangan pada benda. Sifat itu sendiri kebanyakan bukan benda, sebagian besar terdiri dari perkataan yang berlainan arti, seperti: panjang pendek, banyak sedikit, tua muda, rajin malas dan sebagainya.
Dengan memberi beberapa contoh tentang sifat rajin yang ada pada seseorang, anak kecil pun mampu memahami tentang pengertian rajin dan mampu membedakan antara pengertian rajin dan pengrtian malas. Ini disebut pengertian pengalaman yang bersifat abstrak. Untuk mandapat sebutan rajin memerlukan syarat dan cirri tertentu, antara lain: perbuatannya harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan, berbuat tidak karena mendapat tekanan dari luar (orang lain) dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas, baik pengertian pengalaman yang bersifat kongkrit maupun abstrak , maka dapat ditarik pengertian bahwa: Tiap pengertian selamanya harus mengandung cirri-ciri hakiki yang tertentu.
5) Pengertian Ilmiah
Pengertian ilmiah biasanya dibentuk dengan sadar dan dengan sengaja. Dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, pengertain ilmiah itu sangat diperlukan. Pengertian ilmiah diperoleh tidak saja melalui pengalaman , tetapi juga melalui ketrangan yang sudah diuji kebenarannya.
Dr. Mohammad Hatta dalam bukunya Pengantar ke jalan Ilmu dan pengetahuan telah menulis bahwa: “Pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman” atau singkatnya pengetahuan. Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu. (dalam hal ini istilah pengertian identik denan pengetahuan).
Pengetahuan manusia itu terbentuk  karena pertautan antara manusia sebagai subyek  dan dunia luar sebagai obyek yang kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan. Hasil dari penelitian dan penyelidikan (research) dicatat dan diulang berkali-kali melalui percobaan-percobaan (experiment). Pada waktu mengadakan penelitian/penyelidikan dan percobaan yang berulang kali itu sering ditemukan adanya unsure-unsur persamaan dan perbedaan sifat. Antara keduanya kemudian dipisahkan-pisahkan, yaitu satu kelompok persamaan dan satu kelompok perbedaan.
Kemudian sifat-sifat yang sama dan beda itu dibanding-bandingkan (studi komparatif). Selanjutnya hasil-hasil studi itu dikaji secara mendalam untuk dijadikan bahan penyusunan definisi. Sudah barang  tentu definisi yang dihasilkan itu harus rasional dan logis (masuk akal dan sesuai dengan hukum penalaran).

6)  Manfaat Pengertian
Salah satu ciri jaman modern seperti sekarang ialah pembagian jenis-jenis pekerjaan. Tiap-tiap orang mempunyai bidang profesi keahlian tertentu, dari tingkatan kasar sampai ketingkatan halus, dari jenis pekerjaan otot sampai kepada yang bersifat abstrak.
Untuk sampai kepada tingkat profesi tertentu memerlukan daya piker, sekalipun pada tingkatan yang paling rendah. Pekerja-pekerja kasar disuatu pabrik atau disuatu stasiun kereta api pun dalam melaksanakan pekerjaannya tetap menggunakan pikirannya walaupun hanya sedikit.  Setiap orang sudah mempunyai pengertian bahwa dokter ahli penyakit mata tidak menerima pasien yang menderita sakit gigi. Bahwa bengkel sepedah tiadak menerima perbaikan radio yang rusak, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari pengrtian semacam itu senantiasa kita pakai, namun karena telah demikian biasanya mempergunakan pengertian-pengertian tersebut sehingga akhirnya tidak terasa lagi. Tetapi yang jelas bahwa pengertian-pengertian itu bermanfaat bagi kita, karena akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita.

7)  Kesimpulan
Pada garis besarnya kesimpulan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
a)      Kesimpulan Induksi
Kesimpulan induksi adalah suatu keadaan yang bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus menuju kepada hal-hal yang bersifat umum sehingga dapat dijadikan suatu kaidah atau dalil.
b)      Kesimpulan Deduksi
Kesimpulan deduksi yaitu justru diambil dari kaidah atau dari dalil sebagai contoh: Kaidah atau dalil, semua manusia tentu mati, Ali adalah manusia, Ali teutu mati. Jalan pikiran yang ditempuh dalam deduksi sangat berlainan bahkan kebalikan dari induksi, yaitu bahwa kesimpulan deduksi itu ialah suatu keadaan yang bertolak dari hal-hal yang bersifat umum (kaidah atau dalil) menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus.
c)      Kesimpulan analogi
Kesimpulan analogi itu suatu tindakan untuk menyamakan situasi baru dengan  situasi-situasi yang telah diketahui. Jadi membuat perbandingan antara suatu keadaan dengan keadaan-keadaan lain yang pernah dialami pada waktu-waktu sebelumnya.

b.      R  a s a
1.      Arti Perasaan
Rasa atau perasaan ialah pernyataan tentang sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan keadaan jiwa seseorang . Adapun pelahiran keadaan jiwa itu kadang-kadang dalam bentuk rasa suka, kadang-kadang dalam bentuk rasa tak suka. Rasa suka ialah rasa yang menyenangkan, misalnya: enak, lezat, gembira, indah dan sebagainya. Sedangkan rasa tak suka sebaliknya dari itu, seperti mual, jengkel, gelisah, takut, dan sebagainya.

2.      Ciri-ciri Perasaan
a)      Perasaan tidak pernah terdapat berdiri sendiri
Perasaan itu selalu bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain, misalnya: teringat sesuatu, memikirkan sesuatu, mengkhayalkan sesuatu, berfantasi dan sebagainya. Jadi timbulnya perasaan itu selalu diawali oleh sesuatu hal; dengan kata lain bahwa perasaan itu tidak pernah terdapat berdiri sendiri.
b)        Perasaan selalu bersifat perseorangan
Bila ada 2 (dua) orang  atau lebih melihat sesuatu hal, maka perasaan yang ditimbulkan oleh masing-masing orang itu akan berbeda –beda antara yang satu dengan yang lain, padahal obyek yang mereka lihat adalah hal yang sama. Tiap-tiap orang mempunyai perasaan yang berbeda-beda, atau dengan kata lain bahwa perasaan itu bersifat perseorangan.
c)      Cara menyelidiki perasaan
Untuk menyelidi perasaan seseorang ada 2 (dua) macam cara, yaitu menyelidiki tingkah laku lahiriah (ekstropeksi) dan menyelidiki keadaan jiwanya sendiri (intropeksi).
d)     Pembagian perasaan
Pada garis besarnya perasaan itu dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
(1)   Aneka perasaan yang  terdapat pada tingkatan jasmaniah (biologis).
(2)   Aneka perasaan yang terdapat pada tingkatan rohaniah.

c.       K a r s a
1.      Arti Kehendak
Kehendak ialah suatu tenaga yang bekerja dan datang dari dalam diri seseorang yang sedang dalam keadaan sadar dan mempunyai suatu tujuan tertentu karena terdorong oleh rangsangan yang diserap pancaindera. Dalam pemunculannya berupa tingkah laku atau perbuatan. Hampir semua tingkah laku manusia disebabkan oleh tenaga-tenaga yang bekerja di dalam dirinya.

2.      Dorongan Nafsu Pokok
Dorongan dan nafsu itu termasuk kehendak atau keinginan. Ia juga merupakan suatu tenaga yang bekerja dan  datang dari dalam diri seseoarang yang sedang dalam keadaan sadar, dan tenaga-tenaga yang  demikian, manusia tidak dapat hidup. Jadi dorongan nafsu itu merupakan daya jiwa. Ia merupakan suatu kelengkapan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupan jasmaniah (biologis).

3.      Aneka macam dorongan nafsu dan dorongan
Berikut ini adalah aneka macam dorongan nafsu (tingkatan jasmaniah) dan dorongan (tingkata rohaniah) baik yang merupakan doronagn nafsu pokok, maupun yang bukan pokok:
a)      Dorongan nafsu makan;
b)      Dorongan nafsu seksual;
c)      Dorongan  nafsu membela/mempertahankan diri;
d)     Dorongan keaktifan;
e)      Dorongan social;
f)       Dorongan menonjolkan diri;
g)      Dorongan kebebasan;
h)      Dorongan pengetahuan;
i)        Dorongan ketuhanan/keagamaan.

4.      Motif
Motif ialah sebab atau alasan dari sesuatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motif itu kadang-kadang tampak jelas, kadang-kadang terselubung dalam sikap perilaku seseorang. Selain itu ada yang menjurus ke arah perbuatan yang bersifat positif (terpuji) dan ada pula  yang menjurus kea rah yang negative (tercela).


5.      Kemauan
Perbuatan kemauan itu berdasarkan atas pemilihan. Setelah melalui beberapa pertimbangan yang dihasilkan dari pemikiran yang penuh kesadaran. Manusia yang sadar jasmani rohaninya dapat berfikir dan merasa. Jalinan pikiran perasaan melahirkan kemauan . Dalam keadaan berfikir dan merasa terdapat beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih salah satu daripadanya setelah menyingkirkan beberapa kemungkinan yang lain. Hasil dari pemilihan inilah akhirnya menjelma sebagai kemauan. Jadi kemauan itu dapat dinamakan pula sebagai perbuatan pemilihan.

6.      Keinginan, hasrat dan hawa nafsu
Dalam percakapan sehari-hari ketiga macam istilah diatas dianggap mempunyai arti yang sama; keinginan dianggap sama artinya dengan hasrat, demikian pula hawa nafsu. Untuk menghindarkan kekacauan dalam pengertian, maka perlu dimantapkan arti dan makna dari masing-masing istilah.

a)      Keinginan
Keinginan ialah dorongan nafsu yang sasarannya pada sesuatu hal atau benda kongkrit. Setiap orang mempunyai dorongan nafsu terhadap sesuatu benda kongkrit tertentu, misalnya terhadap sebuah arloji. Dalam hal ini dapat dikatakan pada diri orang itu terdapat suatu keinginanuntuk memiliki arloji.
b)     Hasrat
Istilah hasrat mempunyai arti yang mirip dengan keinginan, tetapi dilakukan secara berulang-ulang, misalnya hal menyanyi.
c)      Hawa nafsu
Istilah hawa nafsu mempunyai arti yang lebih kuat dari pada hasrat. Hawa nafsu adalah hasrat yang kuat yang tak terkendalikan dan menguasai segala-galanya.
d)     Keterpaduan Cipta, Rasa, Karsa
Kelebihan manusia terhadap makhluk lain terletak pada jiwa (roh) yang dimilikinya. Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak yang tak terjangkau oleh panca indera, namun tampak gejala-gejalanya.
e)      Keterpaduan Jiwa Raga
Cipta, rasa, dan karsa teradu, jasmaniah rohaniah terpadu. Kesemuanya yang terpadu itulah manusia seutuhnya. Jadi pengertian seutuhnya itu adalah utuh jasmani dan utuh rohani. Sebenarnya tidak cukup hanya sekedar utuh saja, tetapi utuh yang sehat, yang memiliki daya kekuatan dan kemampuan yang produktif yang menghasilkan sesuatu yang positif yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat manusia dfan alam sekitarnya.
         
B.     ANTARA FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN
Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horizontal, meluas kesamping, yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan cabang yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran.
Filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.


C.    SELUK BELUK FILSAFAT PENDIDIKAN
Pada mulanya filsafat pendidikan adalah cara pendekatan terhadap masalah pendidikan yang biasa dilakukan dinegara-negara Anglo Saxon. Di Amerika Serikat  misalnya filsafat pendidikan dimulai dengan pengkajian terhadap beberapa aliran filsafat tertentu seperti pragamatisme, idealisme, realisme, eksistensialisme, dan lain sebagainya  yang diakhiri dengan implikasinya kedalam aspek-aspek pendidikan.
Adapun pengertian ilmu  mendidik  (pendidikan) tersebut  telah tercakup pengertian tujuan pendidikan sebagaimana juga ada dalam  filsafat pendidikan. Namun pula jika kita hubungkan kembali dengan uraian-uraian pada bab terdahulu tentang filsafat pendidikan, maka telah cukup memberikan bahan kepada kita tentang konsep ilmu pandidikan sebagai ilmu pengetahuan normative yang bersifat praktis yang dalam perkembangannya konsep tersebut telah melahirkan suatu cabang ilmu pengetahuan yang disebut filsafat pendidikan.


BAB II
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Istilah cipta itu mempunyai  arti kadang-kadang berarti permunculan sesuatu yang belum pernah ada, kadang-kadang berarti pikiran. Misalnya, Tuhan menciptakan alam semesta, mempunyai arti  bahwa Allah membuat dan memunculkan sesuatu berupa alam semesta yang pada waktu-waktu sebelumnya tidak pernah ada. Dari tidak ada bahan-bahan sesuatupun menjadi ada. Rasa atau perasaan ialah pernyataan tentang sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan keadaan jiwa seseorang . Adapun pelahiran keadaan jiwa itu kadang-kadang dalam bentuk rasa suka, kadang-kadang dalam bentuk rasa tak suka.
Rasa suka ialah rasa yang menyenangkan, misalnya: enak, lezat, gembira, indah dan sebagainya. Sedangkan rasa tak suka sebaliknya dari itu, seperti mual, jengkel, gelisah, takut, dan sebagainya. Kehendak ialah suatu tenaga yang bekerja dan datang dari dalam diri seseorang yang sedang dalam keadaan sadar dan mempunyai suatu tujuan tertentu karena terdorong oleh rangsangan yang diserap pancaindera. Dalam pemunculannya berupa tingkah laku atau perbuatan. Hampir semua tingkah laku manusia disebabkan oleh tenaga-tenaga yang bekerja di dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA


Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid I, II, III, IV, Cet I, Usmaniyah, Mesir, 1933.
Abu Hanifah,Dr.,  Rintisan Filsafat I, Cet II, Balai Pustaka, Jakarta, 1950.
Ahmad Amin, Prof. Etika terj. Prof. K.H. Farid Ma’ruf, Cet IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1986.
Durant, Will,  The  Story  Of Phylosophy, Simon & Schuster Inc. New York, 1933.
Prasetya Drs. Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 1997

Metode Sugestopedia (Suggestopedia)

Nama lain dari metode ini adalah “Suggestology”, karena sugestopiedia dianggap sebagai aplikasi dari suggestology, suatu penerapan dari segesti ke dalam ilmu mendidik. Selain itu, suggestopedia juga biasa disebut “The Lozanov Method” karena yang pertama kali menerapkan metode ini adalah Georgi Lozanov dari Bulgaria, Eropa Timur.


Metode ini sebagaimana dipakai di beberapa sekolah di Eropa dan di Amerika dimaksudkan untuk membasmi sugesti dan pengaruh negatif yang tak disadari bersemai pada diri anak didik dan untuk memberantas perasaan takut (fear) yang menurut para ahli sangat menghambat proses belajar, seperti perasaan tidak mampu (feeling of incompetence), perasaan takut salah (Fear of making mistakes) dan keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu yang baru dan belum familiar.
Bancrot (1976) mencatat enam unsur dasar dari metode ini :
1. Authority, yaitu adanya semacam ثفة  (guru dapat dipercaya kemampuannya) dari seorang guru, membuat murid yakin dan percaya pada dirinya sendiri (self confidence).
Stevick, salah satu pengagum metode ini menyatakan, kalau self-confidence tercipta maka rasa aman terpenuhi. Dan kalau rasa aman terpenuhi, maka murid akan terpancing untuk berani berkomunikasi.
2. Infantiliasi, yaitu murid seakan-akan seperti anak kecil yang menerima ”authority” dari guru.
Bushman menjelaskan belajar seperti anak-anak melepaskan murid dari kungkungan belajar rasional kearah belajar yang lebih intuitif. Suatu misal adalah penggunaan “role play” dan nyanyian dalam metode ini akan mengurangi rasa tertekan sehngga murid dapat belajar secara ilmiah. Ilmu masuk tanpa disadari seperti apa yang dialami seorang anak kecil.

3. Dual Komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal yang berupa rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dan dari kepribadian seorang guru. Murid-murid duduk di kursi yang nyaman dengan tata ruang yang hidup dan member semangat. Duru menghindari mimic yang menunjukkan ketidaksabaran, cemberut, sinis, dan kritik-kritik yang negative.
4. Intonasi, guru menyajikan materi pelajaran dengan tiga intonasi yang berlainan. Dari intonasi mirip orang berbisik dengan suara tenang dan lembut, intonasi yang normal biasa-biasa sampai kepada nada suara yang keras dramatis.
5. Rhythm, yaitu pelajaran membaca dilakukan dengan irama, berhenti sejenak di antara kata-kata dan rasa yang disesuaikan dengan nafas irama dalam. Di sini mrid diminta dan diajar untuk menarik nafas selama dua detik, menahannya selama empat detik dan menghembuskannya selama dua detik. Di sini “yoga” mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam metode ini.
6. Keadaan Pseuda-Passive. Pada unsure ini, keadaan murid betul-betul rileks tetapi tidak tidur sambil mendengar irama musik abad ke 18. Racle menjelaskan pada saat-saat rileks inilah terjadi apa yang disebut “hypermnesia” di mana daya ingat menjadi kuat.
Meskipun dengan metode ini tidak luput dari cacat dan kekurangan, dan tampaknya kurang tepat digunakan di sekolah-sekolah formal di Indonesia, ada beberapa poin yang perlu dicatat :
1. Kalau Lary Anger berprinsip bahwa belajar bahasa sebaiknya disuasanai oleh hal-hal yang menyenangkan dan sedapat mungkin dinikmati, maka suggestopedia tampak mengarah ke situ, karena salah satu prinsip Lozanov adala “The principle of joy and easiness”, prinsip senang dan menganggap sesuatu itu gampang.
2. Metode ini memandang individu sebagai satu manusia yang utuh di mana kekuatan fisik, rasa, jiwa dan intelektual diintegrasikan di dalam proses belajarnya. Fokusnya adalah daya nalar dan daya rasa seorang individ, yang di dalam ilmu jiwa dikenal “cognitive and affective domain of human behavior”.
3. Stevick sering memberi kesan bahwa kesuksesan murid dalam belajar dalam bahasa asing banyak-banyak tergantung pada gurunya dan apa yang ia lakukan di dalam kelas bersama murid. Kesan ini tampak pada penekanan Lozanov terhadap “authority” dari seorang guru. Secara kasar dapat dikatakan bahwa seorang guru yang memiliki “authority” adala seorang guru yang “qualified” dan berkelayakan, baik dalam linguistik, kejiwaan maupun materi. Yang demikian menurut Lozanov akan membuat murid segan terhadap guru dan menentramkan jiwanya.



Sumber : Bahasa Arab Dan metode pengajarannya, Prof. Dr. Azhar Arsyad

Metode pembelajaran Dikte Atau Imla'

A. Pengertian  Metode Imla’
Imla’ berarti talqin yaitu menyampaikan atau  mendiktekan kepada orang lain dengan suara keras agar dia memindahkan secara baik dan benar dari segi bahasa dan mempelajarinya.Metode Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan  pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.


B. Macam-macam Metode Imla’
1. Al-Imla’ al-Manqul: peserta didik menulis bagian dari buku atau apa yang tertulis di papan tulis setelah dibaca, dipahami serta dieja kalimat-kalimatnya.
2. Al-Imla’ al-Mandzur: pemaparan beberapa kalimat kepada peserta didik dengan cara membaca dan memahaminya kemudian ditutup dan diejakan. Dalam imla’ ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: bertahap dalam memberikan tema dari segi uslub, panjang pendeknya serta ma’nanya; memberikan evaluasi terhadap peserta didik setiap saat dengan tema-tema yang terdiri dari berbagai kalimat yang tercetak dalam pemikiran mereka, mengulang-ulang latihan untuk kesempurnaan evaluasi.
3. Al-Imla’ al-Istima’i yaitu peserta didik mendengarkan potongan kata setelah pembahasan kalimat.                                                                                    
4. Al-Imla’ al-Ikhtibari ( Latihan ) yaitu dengan tujuan sebagai neraca timbangan seberapa besar kemampuan peserta didik

C. Tujuan Metode Imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
1. Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
2. Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi integral. (terpadu)
3. Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa arab.
4. Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
5. Menguji pengetahuan murid-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
6. Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.

D. Metode Mengajar Imla’
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,gru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan, apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2. Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
i. Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
ii. Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
iii. Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
iv. Setelah selesai membca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis.
v. Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan.
vi. Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
vii. Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
viii. Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
3. Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
i. Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acar imla’
ii. Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
iii. Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
iv. Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
v. Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
vi. Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
vii. Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan diadakan  perbaikan-perbaikan

E. Saran-Saran Dalam Menggunakan Metode Imla’
Adapun berikut ini adalah beberapa saran dalam menggunakan metode imla’ sebagai berikut :
1. Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi dan terang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan jika  imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lemah sehingga tidak didengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa .
2. Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
3. Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
4. Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
5. Mengadakan evaluasi / post test.
F. Kelebihan dan Kelemahan Metode Dikte (imla’)
Kelebihan metode imla dari metode yang lain adalah :
1. Untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis ,melafalkan huruf,kata-kata atau kalimat .
 2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian menjumlah    ,pengurangan, pembagian dan tanda-tanda simbol lainnya.
3 .Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasihubungan huruf-huruf dalam ejaan ,penggunaan simbol,membaca peta dan lain sebagainya.
         Kelemahan metode imla’ antara lain adalah:
1. Kadang-kadang  imla’yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang menoton dan mudah membosankan.
2. Membentuk kebiasaan yang kaku dan fasik sehingga murid kurang aktif
3. Menghambat kebiasaan yang dilakukan.

Media Pembelajaran Dan Hubungannya Dengan Proses Pembelajaran Bahasa Arab

Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang. Yang didapat kapan saja dan di mana saja, pelajaran pun biasanya berasal dari pengalaman yang pernah yang terjadi pada diri setiap orang kemudian dijadikan sebagai pelajaran hidup. Dan dapat mengubah pola pikir dan tingkah laku. Belajar diselenggarakan tidak lain dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri baik  dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam proses belajar mengajar pun media sangat berperan aktif. media mempermudah bagi seorang pendidik  untuk menyampaikan pesan dan  berkomunikasi secara langsung  kepada peserta didik, sebaliknya peserta didik pun akan mudah menerima pesan yang disampaikan.  

                                                                 
Media dalam pendidikan dikenal sebagai alat yang digunakan pendidik untuk menyampaikan pesan atau materi . media memberi  bantuan kepada pendidik agar pelajaran yang disampaikan dalam bentuk materi cepat diterima dan guru tidak susah payah mengulang-ulang materi yang dibawakan,penggunaan media pun harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi  agar tidak ketinggalan informasi yang baru/modern . biasanya yang terjadi dalam bangku sekolah pelajaran yang disampaikan dalam bentuk materi saja membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan  yang akhirnya mengantuk sampai tertidur.untuk menghadapi keadaan yang seperti ini dibutuhkan pendidik yang terampil dan kreatif agar membangkitkan kembali semangat peserta didiknya.  Pendidik yang cerdas akan memilih media yang sesuai dengan materi yang disampaikan.  Misalnya dalam pelajaran bahasa arab , peserta didik yang pertama kali bertemu dengan pelajaran ini akan merasa bosan disebabkan karena tidak dimengertinya arti dari pelajaran yang disampaikan sehingga dalam hal ini media sangat dibutuhkan sebagai alat bantu seperti dalam menyampaikan kata” buku” dalam bentuk bahasa arab. Sulit bagi peserta didik untuk mengerti bahkan mengingat kembali bahasa arabnya buku jika dalam penyampaiannya   tidak menampilkan objek atau dengan menampilkan gambar-gambar.Ada beberapa criteria yang diperhatikan dalam pemlihan media :
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.media dipilih sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik seperti menghafal atau mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,konsep,prinsip. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif media harus selaras dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
Praktis luwes dan bertahan.Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Tak perlu mengeluarkan dana dan tidak dipaksakan.
Pendidik  terampil menggunakannya.  Apa pun media itu pendidik harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.                                                                                        Media dalam pengelompokkannya terbagi atas dua yaitu:
1.Pilihan media tradisional
a. visual diam yang diproyeksikan contohnya: Proyeksi tak tembus pandang
b. visual yang tak diproyeksikan contohnya: gambar , poster dan foto
c. audio contohnya : rekaman
d. penyajian multimedia contohnya: tape
e. visual dinamis yang diproyeksikan contohnya: film , televisi, dan video
f. permainan contohnya: teka teki, permainan papan dan lain-lain
2.pilihan media tekhnologi mutakhir
a.media berbasis telekomunikasi contohnya: kuliah jarak jauh
b.media berbasis mikroprosesor contohnya: computer
      Pada penggunaan media pendidik pun harus terampil dalam menggunakannya. Nilai dan manfaat media tergantung pada pendidik yang menggunakannya dalam pembelajaran . meskipun memakai alat yang canggih  jika tidak terampil menggunakannya tidak  akan mempunyai arti sama sekali. Pemilihan media pun dipertimbangkan dari faktor-faktor seperti hambatan pengembangan dan pembelajaran, persyaratan isi tugas dan jenis pembelajaran. Dan hambatan dari siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal seperti membaca, mengetik dan menggunakan komputer                                                                                                                  Disamping itu dalam proses belajar mengajar seorang pendidik juga harus pandai atau memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan dibawakan .sebelumnya kita kenali dulu apa itu metode? Metode adalah cara penyampaian pesan.namun ketidakberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi tergantung pada cara/metode guru dalam mentransfer ilmu    kepada siswa. Contoh metode yang biasa digunakan di bangku sekolah yaitu metode tanya jawab ,metode ceramah atau metode diskusi.
1.Metode Tanya jawab
Metode ini memberi motivasi kepada peserta didik untuk bersaing dengan peserta didik lainnya .peserta didik akan terdorong belajar sendiri karena tidak ingin kalah dari temannya. Pada metode ini peserta didik yang berperan aktif. Dalam pelajaran bahasa arab peserta didik harus menguasai banyak kosa kata. Karena proses Tanya jawab tidak akan berjalan lancar.selain itu tujuan dari metode ini untuk mengevaluasi peserta didik, mengevaluasi disini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran dan keefektivan media.
2. Metode ceramah
Dalam metode ceramah pendidik yang berperan aktif , seorang pendidik bertugas menjelaskan materi , dan peserta didik sebagai pendengar . disini pendidik sangat berperan aktif agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh peserta didik dengan mudah .pendidik sebaiknya menciptakan suasana yang menyenangkan . tujuannya agar perasaan tertekan yang ada pada diri siswa dapat hilang. Tawa dan senyum seorang pendidik pun dianggap membantu pembangkit suasana dan disertai pula cerita lelucon kesemua itu dapat memecah kebekuan didalam belajar.Seorang pendidik juga harus terbiasa berbicara bahasa arab di dalam kelas,karena peserta didik sangat membutuhkan keterbiasaan agar yang mereka dengar Familiar ditelinganya.dan dari keterbiasaan itu akan teringat satu dua kata tiap kali pertemuan. dan dengan cara ini akan membantu pembendaharaan kosa katanya. seorang pendidik juga meminta tanggapan dari siswa . pendidik sebaiknya mendorong peserta didik untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Dari cara itu juga pendidik juga dapat mengetahui berhasil tidaknya materi yang dibawakan diterima peserta didik.
3.Metode Diskusi
Pada metode ini peserta didik bertugas membawakan materi bekerja sama dengan teman kelompoknya. Kemudian dipersentasekan di depan kelas dan  pendidik dan teman-temannya yang lain menjadi peserta. Selain metode ini dapat menggalih kerja sama antar kelompok juga dapat membantu peserta didik berbicara di depan umum, agar kelak ketika berada di depan umum tidak kakuh. dan dapat mengeluarkan pendapat.
Hakikat ilmu yang dimiliki seorang pendidik harus bisa ditransfer  kepada peserta didik. Setinggi apapun ilmu seseorang jika tidak mampu diajarkan dan ditransfer kepada orang lain akan tidak bermanfaat. Peran pendidik yaitu mendidik, mengajar, melatih, memberi dan memotivasi . sedang siswa memperoleh yaitu pengetahuan , sikap,perilaku dan moral yang lebih baik dari sebelumnya.

Variasi Media Pembelajaran

Media belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Suatu komponen yang fundamental di dalam pendekatan sistem untuk kegiatan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sesungguhnya langkah ... pembelajaran.Suatu komponen yang fundamental di dalam pendekatan sistem untuk kegiatan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sesungguhnya langkah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, yaitu pemilihan dan penentu ... perkembangan pendidikan dan adanya kemajuan dibidang komunikasi dan teknologi, media belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.Suatu komponen yang fundamental di dalam pendekatan sistem untuk kegiatan pembe ...


Media belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.Suatu komponen yang fundamental di dalam pendekatan sistem untuk kegiatan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sesungguhnya langka ...
Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan kemungkinan belajar. Berdasarkan kerangka teoritis, pemecahan masalah ini berbentuk sumber belajar. Sumber ini baik yang sengaja dirancang maupun dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang tersedia untuk berinteraksi dengan si belajar (AECT, 1986 : 105). Sejalan dengan perkembangan pendidikan dan adanya kemajuan dibidang komunikasi dan teknologi, media belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.Suatu komponen yang fundamental di dalam pendekatan sistem untuk kegiatan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran. Sesungguhnya langkah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, yaitu pemilihan dan penentuan strategi pembelajaran. Alasannya adalah bahwa strategi pembelajaran berhubungan dengan segala upaya yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, termasuk kegiatan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.Namun mengingat pula bahwa peranan media pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran semakin penting, maka pembahasan mengenai pemilihan dan penggunaan media pembelajaran ini dipisahkan. Hal ini sejalan dengan perkembangan konsepsi teknologi pembelajaran, yaitu bahwa media tidak lagi dipandang sebagai alat audio viasual yang dapat membantu pembelajar/instruktur dalam kegiatan mengajarnya, melainkan menjadi bagian integral yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari sistem pembelajaran.

Tuesday, March 3, 2015

Media Audio Visual Dan Pengajarannya Di Madrasah Tsanawiyah

A. Pengertian media dan peranannya
1. Pengertian media
Menurut bahasa kata media berasal dari kata latin” medius” yang artinya “tengah atau perantara”. Sedangkan dalam bahasa arab berasal dari kata wasaaila, artinya pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.
Secara luas media pengajaran diartiakan “ setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang memantapkan kondisi  kemungkinan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan,dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks,dan lingkungan sekolah adalah media.


2. Peranan media dalam pembelajaran
Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam suatu mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran disekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif atau variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.
Secara lebih detail, Al- fauzan(2003) menyebutkan bahwa media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan efektifitas proses belajar menagajar sebagaimana berikut:

a. Memperkaya pengalaman peserta didik
b. Ekonomis
c. Meningkatkan perhatian belajar peserta didik
d. Membuat peserta didik lebih siap belajar
e. Mengikut sertakan banyak panca indara dalam proses pembelajaran
f. Meminimalisir perbedaan persepsi antara guru dan peserta didik
g. Menambah kontribusi positif peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar
h. Membantu menyelesaikan perbedaaan pribadi antara peserta didik

B. Penggunaan Media audio visual dalam proses pembelajaran (sam’iyyah- basyariyah)
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media audio visual disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio
memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan menciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
Menurut Ronal Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player.

 Media audio visual dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Media audio visual diam. Adalah media audio visul yang menampilkan suara dan gambar diam(tidak bergerak). Misalnya, film bingkai suara sound system, film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Media audio visual gerak. Adalah media audio visual yang menampilkan unsure suara dan gambar yang bergerak. Misalnya, film suara dan video cassette.

Dalam pengajaran bahasa arab media yang paling lengkap adalah media dengar pandang(sam’iyah basyariah/ audio visual), karena dengan media ini terjadi proses saling membantuantara indra dengar dengan indra pandang. Yang termasuk media ini adalah televisi, computer, DVD dan lain-lain.

C. Karakteristik dan tujuan media audio visual
1. Karakteristik media audio visual
Menurut Ronald Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media audio visual  terdapat kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelebihan media audio visual:
a) Dapat digunakan untuk klasikal atau individual
b) Dapat digunakaan seketika.
c) Digunakan secara berulang.
d) Dapat menyajikan obyek secara detail
e) Tidak memerlukan ruang gelap
f) Dapat di perlambat dan di percepat
g) Dapat menyajikan gambar dan suara

b. Kelemahan media audio visual:
a) Sukar untuk dapat direvisi
b) Relatif mahal
c) Memerlukan keahlian khusus

2. Tujuan media audio visual
Ronald Anderson (1994:102) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari
pembelajaraan mengunakan media audio visual, antara lain:
a. Tujuan kognitif :
a) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan serasi.
b) Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun kurang ekominis.
c) Melalui audio visual dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang hukum-hukum dan prinsip – prinsip tertentu.
d) Audio visual  dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi siswa.

b. Tujuan afektif
a) Audio visual merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan informasi dalam mitra afektif.
b) Dapat menggunakan efek dan teknik, audio visual dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

c. Tujuan psikomotorik :
a) Audio visual  merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dijelaskan, baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan yang ditampilkan.
b) Melalui media audio visual siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi.

D. Pemanfaatan media dalam pembelajaran 
Peserta didik saat ini sangat menuntut guru untuk mengajar lebih kreatif dan tidak membosankan, Karena itu guru sangat memerlukan metode dan tehnik-tehnik baru dalam mengajar. Termasuk mencari media pembelajaran sebagai bagian dari al-wasail at ta’limiyahal- mu’inah (alat bantu mengajar/ teaching aids) yang sangat diperlukan.
Ada dua defenisi media yang sering digunakan orang. Defenisi pertama adalah inovasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang biasanya peraalatan yang bersifat mekanis. Pengertian kedua adalah segala macam benda yang bersifat mekanis, atau bias buatan sendiri, atau bahkan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang digunakn dalam pembelajaran.
Jika kita melihat pengertian yang pertama, yang akan terjadi adalah asumsi bahwa media pembelajaran selalu membutuhkan biaya. Tapi, jika kita menggunakan defenisi kedua, kita akan terpacu untuk membuat dan menemukan media baru yang  bisa digunakan untuk mengajar dikelas. Media tersebut bisa berupa flashcard, artikel, brosur atau bahkan benda baru yang belum pernah terpikirkan. Contoh, salah seorang guru yang telah berhasil menggunakan tutup botol kecap untuk pembelajaran matematika. Ada banyak keuntungan yang didaptakan dalam menggunakan media buatan sendiri. Yang pertama, kita bias menyesuaikan tingkat kebutuhan peserta didik. Kedua, kita bisa memakainya kembali untuk kesempatan- kesempatan yang lain. Dan  yang ketiga dapat menghemat biaya.
Kemudian dalam pembelajaran dengan menggunakan media dari teknologi. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, baik dari peserta didik maupun dari instruktur atau guru. Bagi peserta didik, pembelajaran dengan menggunakan media dari teknologi akan menjadi motivasi tersendiri, yaitu dengan adanya satu perubahan energy didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Reaksi yang muncul dari pembelajaran berupa tindakan verbal yang menunjukkan peserta didik tersebut aktif dikelas ataupun tindakan non verbal yang dapat ditunjukkan melalui nilai tes hasil ujian.
 Adapun bagi guru atau instruktur pembelajaran bahasa dengan menggunakan teknologi akan mendapatkan kemudahan-kemudahan. Melalui internet misalnya, guru akan dapat memperoleh kemudahan dalam mencari bahan pengajaran, perangkat, dan juga soal-soal. Guru juga akan lebih mudah menjelaskan materi- materi kepada peserta didik yang selama ini hanya abstrak. Disamping itu, dengan penguasaan beberapa aplikasii grafis dan pengolahan teks dan gambar dapat disesuaikan  silabus dan RPP dapat disusun dan di simpan disebuah situs pribadi yang dapat di aplikasikan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah kami yaitu:
1. Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam prose belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam suatu mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran disekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan mediapembelajaran yang kreatif, inovatif atau variatif, sehingga pembelajara dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.

2. Media audio visual dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Media audio visual diam. Adalah media audio visul yang menampilkan suara dan gambar diam(tidak bergerak). Misalnya, film bingkai suara sound system, film rangkai suara, dan cetak suara.
b. Media audio visual gerak. Adalah media audio visual yang menampilkan unsure suara dan gambar yang bergerak. Misalnya, film suara dan video cassette.

3. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, baik dari peserta didik maupun dari instruktur atau guru. Bagi peserta didik, pembelajaran dengan menggunakan media dari teknologiakan menjadi motivasi tersendiri, yaitu dengan adanya satu perubahan energy didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Reaksi yang muncul dari pembelajaran berupa tindakan verbal yang menunjukkan peserta didik tersebut aktif dikelas ataupun tindakan non verbal yang dapat ditunjukkan melalui nilai tes hasil ujian. Adapun bagi guru atau instruktur pembelajaran bahasa dengan menggunakan teknologi akan mendapatkan kemudahan-kemudahan. Melalui internet misalnya, guru akan dapat memperoleh kemudahan dalam mencari bahan pengajaran, perangkat, dan juga soal-soal

B. Saran 
Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mempelajari lebih lanjut akan materi media audio visual dalm pembelajaran bahasa arab  melalui referensi-referensi lain, oleh karena makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun untuk menunjang kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hamid, abdul. Pembelaajaran bahasa arab.I.malang;iun-malang press,2008
Arsyad, azhar. bahasa arab dan metode pengajarannya.I.Yogyakarta; pustaka pelajar, 2003
Rumiati. Bahan ajar pengembangan PKn 1. Makassar;2012
http//:google.com

PEMIKIRAN TEOLOGI AHLUSUNNAH KHALAF AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI



BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Telaah terhadap Ahlussunnah  sebagai bagian dari kajian keislaman merupakan upaya yang mendudukkan ahlusunnah  secara proporsional, bukannya semata-mata untuk mempertahankan sebuah aliran atau golongan tertentu yang mungkin secara subyektif kita anggap baik karena rumusan dan konsep pemikiran teologis yang diformulasikan oleh suatu aliran  sangat dipengaruhi oleh suatu problem teologis pada masanya dan mempunyai sifat dan aktualisasi tertentu. 
Arti Ahlussunnah ialah penganut Sunnah Nabi.. I’tiqad nabi SAW dan sahabat-sahabat itu telah termaktub dalam Al Qur’an dan dalam Sunnah Rasul secara terpencar-pencar, belum tersusun secara rapi dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang ulama Ushuluddin yang besar, yaitu Syaikh Abu Hasan Ali al Asy’ari (lahir di Basrah tahun 260 H.- wafat di Basrah juga tahun 324 H. dalam Usia 64 tahun) 



Karena itu ada orang yang memberi nama kepada kaum Ahlussunnah wal jama’ah dengan kaum ‘asy’ari, dikaitkan kepada Imam Abu Hasan ‘Ali Al Asy’ari tersebut. Dalam kitab-kitab Ushuluddin biasa juga dijumpai perkataan Sunny, kependekan Ahlussunnah wal Jama’ah, orang-orangnya dinamai Sunniyun. Tersebut dalam kitab Ittihaf Sadatul Muttaqin karangan Imam Muhammad bin Muhammad al Husni az Zabidi, yaitu kitab Syarah dari kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali, pa jilid 2 pagina 6 yaitu : “Apabila disebut kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, maka maksudnya ialah orang-orang yag mengikut rumusan (paham) Asy’ari dan paham Abu Mansur al Maturidi.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka timbul beberapa permasalahan yang akan kami bahas dalm makalah ini yaitu:
1. Pengertian ahlusunnah
2. Latar belakang munculnya Al-Asy’ari dan pemikiran teologinya

3. Latar belakang munculnya Al-Maturidi dan pemukiran teologinya

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya maka tujuan penulisan makalah ini yaitu disamping dapat memberikan jawaban permasalah dari rumusan masalah tersebut, penulis juga berharap semoga makalah yang kami tulis dapat memberikan pengetahuan tentang ahlusunnah khalaf  Al-Asy’ari dan Maturidi.

BAB II
PEMIKIRAN TEOLOGI AHLUSUNNAH
 KHALAF AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI

A. Pengertian Ahlusunnah Menurut  Bahasa
1. Menurut bahasa
Menurut bahasa ahlusunnah terdiri dari dua kata yaitu ahlun dan sunnah. Ahlun berarti keluarga, sedangkan sunnah berarti orang yang mengikuti sunnah(perkataan, pemikiran, atau perbuatan nabi Muhammad  SAW.)

2. Menurut istilah
Ahlusunnah berarti golongan ummat islam yang dalam bidang tauhid mengikuti Imam Abu Hasan Al- Asy’ari dan Abu Mansur Al- Maturidi, sedangkan dalam bidang fiqih mengikuti imam madzhab yang 4 yaitu madzhab Hanafi, Hambali, Maliki, Syafii , serta dalam bidang tasawuf mengikuti imam Al- Ghazali dan imam Junaid Al- Bagdadi.

B. Al-  Asy’ari
1. Latar belakang munculnya Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-asy’ari adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-asy’ari. Ia lahir di Bashrah pada tahun 260H/875M. Ketika berusia 40 tahun, ia hijrah ke kota Bagdad dan wafat di sana pada tahun 324H/935M.
Ayah al-asy’ari adalah seorang yang berfaham ahlusunnah dan ahli hadits. Ia wafat ketika Al-asy’ari masih kecil. Sebelum wafat ia berwasiat kepada sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As- saji agar mendidik Al-asy’ari. Berkat didikan ayah tirinya, Al-asy’ari kemudian menjadi tokoh mutazilah.
Menurut Ibnu asakir, Al-asy’ari meninggalkan faham mutazilah karena ia telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali yaitu pada malam ke-10, 20 dan 30 bulan Ramadhan. Dalam mimpinya Rasulullah mengingatkan agar meninggalkan faham mutazilah dan beralih kepada faham yang telah diriwayatkan dari beliau.

2. Pemikiran teologi Al-Asy’ari
Corak pemikiran yang sintesis ini menurut watt barangkali dipengaruhi oleh teologi kullabiyah(teologi sunni yang dipelopori kullab/ 854 M). Pemikiran-pemikiran teologi Al-Asy’ari:

a. Tuhan dan sifat-sifatnya
       Al-asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim. Dengan kelompok mujasimah (antropomorfis) dan kelompok musyabbihah yang berpendapat, Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan sunnah, dan sifat-sifat itu harus difahami menurut harti harfiyahnya. Kelompok mutazilah berpendapat bahwa sifat-sifat Allah tidak lain adalah esensi-esensinya.
       Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat itu, seperti mempunyai tangan dan kaki dan ini tidak boleh diartikan secara hartiah, sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.

b. Kebebasan dalam berkehendak(free will)
       Dari dua pendapat yang ekstrim, yakni jabariah dan fatalistic dan penganut faham pradterminisme semata-mata dan mutazilah yang menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri. Al-asy’ari membedakan antara khaliq dan kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib), hanya Allah lah yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia).

c. Akal dan wahyu dan criteria baik dan buruk
       Walaupun Al-asy’ari dan orang-orang mutazilah mengakui pentingnya akan dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-asy’ari mengutamakan wahyu, sementara mutazilah mengutamakan akal.

d. Qadimnya Al- Quran
       Mutazilah mengatakan bahwa Al-Qur'an diciptakan (makhluk) sehingga tak qadim serta pandangan mazhab Hambali dan Zahiriah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah (yang qadim dan tidak diciptakan). Zahiriah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi Al-Qur'an adalah qadim.
        Dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu Al-asy’ari mengatakan bahwa walaupun Al-Qur'an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim.

e. Melihat Allah
       Al-asy’ari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks ekstrim, terutama zahiriyah yang menyatakan bahwa Allah dapat dilihat di akherat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di Arsy. Selain itu ia tidak sependapat dengan mutazilah yang mengingkari ru’yatullah (melihat Allah) di akherat. Al-asy’ari yakin bahwa Allah dapat dilihat atau bilamana ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatnya.

f. Keadilan
       Pada dasarnya Al-asy’ari dan mutazilah setuju bahwa Allah itu adil. Al-asy’ari tidak sependapat dengan mutazilah yang mengharuskan Allah berbuat adil sehingga ia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya, Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlaq.

g. Kedudukan orang berdosa
        Menurut Al-asy’ari mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.

C. Al- Maturidi
1. Latar belakang munculnya Al-Maturidi
       Abu Manshur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi. Ia dilahirkan di sebuah kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid, di wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. gurunya dalam bidang fiqih dan teologi yang bernama Nasyr bin Yahya Al-Balakhi, ia wafat pada tahun 268 H. al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutwakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M.
       Karir pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Pemikiran-pemikirannya banyak dituangkan dalam bentuk karya tulis, diantaranya adalah kitab Tauhid, Ta’wil Al-Qur'an Makhas Asy-Syara’I, Al-jald, dll. Selain itu ada pula karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Al-Maturidi, yaitu Risalah fi Al-aqaid dan syarh Fiqh Al-akbar.

2. Pemikiran teologi Al-Maturidi
a. Akal dan wahyu
          Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an dan akal dalam hal  ini ia sependapat  dengan Al-Asy’ari.
Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak mempunyai kemampuan memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak akan menyuruh manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintah ayat-ayat tersebut. Namun akal menurut Al-Maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya.
         Dalam masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruk sesuatu itu terletak pada suatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu. Dalam kondisi demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan sebagai pembimbing.
Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1). Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu    itu.
2). Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebutuhan sesuatu itu.
3). Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk ajaran wahyu.
        Jadi, yang baik itu baik karena diperintah allah, dan yang buruk itu buruk karena larangan allah. Pada konteks ini, Al-Maturidi bnerada pada posisi tengah dari Mu’tazilah dan Al-Asy’ri.

b. Perbuatan manusia
        Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, Al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia.

c. Kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
        Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri.

d. Sifat tuhan
        Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.

e. Melihat tuhan
        Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitahukan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 22dan 23. namun melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.

f. Kalam tuhan
        Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist).

g. Perbuatan manusia
        Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist).

h. Pengutusan rasul
        Pandangan Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah yang berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya.

i. Pelaku dosa besar
        Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 
 Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ismail in Ishaqi bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bi Abi Musa Al-Asy’ari, beliau ditinggalkan oleh ayahnya ketika masih kecil. Ayah beliau yaitu seorang yang berfaham ahlusunnah dan ahli hadits. Sebelum ayah beliau wafat, ayak beliau berwasiat kepada Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-Asy’ari. Berkat didikannya, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mutazilah, tapi kemudian ia keluar dari Mu’tazilah dan berfaham ahlusunnah
        Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari diantaranya Tuhan dan sifat-sifatnya, kebebasan dalam berkehendak, akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk, qodimnya Al-Qur'an, melihat Allah, keadilan dan kedudukan orang berdosa.
        Al-Maturidi dilahirkan disebuah kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid. Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M. kariri pendidikan beliau lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih
        Doktrin-doktrin teologi al-Maturidi diantaranya akal dan wahyu, perbuatan manusia, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, sifat Tuhan, melihat Tuhan kalam Tuhan, perbuatan manusia, pengutusan Rasul dan dosa besar.

B. Saran  
penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mempelajari lebh lanjut akan materi Ahlusunnah Khalaf Al-Asy’ari dan Al- Maturidi melalui referensi-referensi lain oleh karena makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.  Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun untuk menunjang kesempurnaan makalah ini.